Kamis, 10 November 2011

Belajar sabar kepada Siti Hajar

Beberapa hari lagi, insya Allah kita akan berjumpa dengan hari raya kurban (Idul Adha). Ada sebuah kisah fenomenal, yang sangat pantas untuk kita teladani, dan jadikan acuan dalam mengemban amanah kita sebagai seorang muslimah hamba Allah, sebagai seorang istri, dan sebagai seorang ibu.
Kisah tsb adalah kisah perjalanan hidup seorang sahaya yang menjadi wanita mulia karena ketaatannya kepada Sang Pencipta, Penentu dan Pemberi Petunjuk kehidupan. Dialah Siti Hajar ummu Ismail, istri Nabiyyulloh Ibrahim a.s.

Kisah perjalanan Siti Hajar ketika hendak ditinggalkan disebuah gurun pasir yang tandus, yang tak ada kehidupan dan tak ada persediaan makanan dengan seorang bayi yang masih merah… sungguh merupakan satu bukti betapa kuat keyakinan Siti Hajar kepada Alloh yang tidak akan menyia-nyiakan hambanya yang sabar, hingga melahirkan ketaatan yang luar biasa.

Kita simak dialog antara Siti Hajar dan Nabi Ibrahim ketika itu Siti Hajar bertanya kepada Nabi Ibrahim as."Mengapa engkau tinggalkan aku disini?" Nabi Ibrahim as tidak mau menjawab pertanyaan ini, bahkan ketika ia sudah berjalan meninggalkan isteri dan anaknya, iapun tidak mau menoleh karena tidak tega meninggalkan isteri dan anaknya itu. Tapi ketika Siti Hajar bertanya: "Apakah Allah yang memerintahkan engkau untuk menempatkan aku disini?". Maka dengan jelas dan tegas Nabi Ibrahim as menjawab: "Ya" dan Siti Hajar menerima keputusan itu.

Sikap Siti Hajar ini juga menunjukkan bahwa keyakinan kepada Allah sebagai Maha Pemberi Rizki pun sangat kuat. Dia sangat yakin bahwa Alloh telah menentukan rizkinya, walau dia ditinggal di gurun pasir yang tandus. Karena Alloh telah berjanji:

"Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allahlah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata." (11: 6).

Namun demikian, yakin kepada Allah sebagai yang Maha Pemberi Rezeki saja belum cukup, karenanya Siti Hajar mengajarkan kepada kita untuk berusaha memperoleh rizki itu. Yaitu dengan berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwa. Yang kini kita kenal menjadi salah satu ritual ibadah haji, yaitu sa’i.

Siti Hajar berusaha keras untuk memperoleh air, agar dia bisa memberikan asi untuk anaknya Ismail yang menangis kelaparan. Padahal dia seorang wanita yang masih lemah, belum lama melahirkan. Terbayang betapa berat perjuangannya. Subhaanalloh.

Pelajaran berikutnya adalah keberhasilan Siti Hajar dalam mendidik anaknya, Ismail. Bagaimana Siti Hajar mampu mendidik anak seorang diri, menjadi anak yang demikian tegar dan sabar, tentu merupakan prestasi yang demikian agung.
Kisah ini menjadi demikian mempesona dalam sejarah dan ditulis manis dalam Al Qur’an, ketika Ismail diberitahu oleh ayahnya Ibrahim tentang perintah Alloh untuk menyembelihnya. “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar"(Q.S. Ash Shaaffaat : 102).

Begitulah jawaban seorang anak yang sholeh. Demikian menyentuh hati kita semua. Subhaanalloh.

Kini….mampukah kita para muslimah meneladani Siti Hajar? Menjadi seorang wanita yang memiliki keyakinan kuat kepada Alloh, hingga melahirkan ketaatan kepada-Nya? Meyakini Alloh sebagai Pemberi rizki dan berusaha memperoleh rizki yang halal serta baik dengan sungguh-sungguh? Mendorong suami untuk tetap taat kepada Alloh diatas kecintaannya kepada kita? Dan berusaha keras mendidik anak-anak amanah Alloh ini menjadi anak-anak yang sholeh dan sholihah? Hingga dinul Islam menjadi tegak di muka bumi ini, serta tidak tercemar oleh tingkah laku kita yang seringkali tidak mencerminkan tingkah laku Islam? (Naudzubillahi min dzaalik).

Semoga Alloh SWT berkenan menjadikan kita para muslimah Siti Hajar-Siti Hajar masa kini. Senantiasa membimbing dan menjaga kita, sehingga kita tidak larut dengan perkembangan jaman yang semakin tak menentu. Tetap berpegang teguh kepada Islam sebagai satu-satunya petunjuk hidup, dan berupaya menghidupkan Islam dalam masyarakat kita. Aamiin.

Robb….bimbinglah kami selalu. Karena….tanpa-Mu, kami bukanlah apa-apa.

Robb….berikanlah kepada kami kekuatan untuk senantiasa istiqomah di jalan-Mu. Karena….tanpa kekuatan dari-Mu, kami tak mampu berbuat apa-apa,

Robb….hanya kepada-Mu kami menggantungkan segala harapan dan pinta. Dan hanya kepada-Mu pula tempat kembali yang nyata,

Karenanya….tuntun selalu langkah kami. Sehingga kami dapat selamat dalam mengarungi kehidupan dunia ini. Aamiin. Wallohu a’lam bishshowwab

Ummu Shofi
ari_aji_astuti@yahoo.com